Jumat, 24 September 2010

Faktor Abiotik (Ekologi)


Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin, dan garis lintang. Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer.
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Adapun macam-macam interaksi yang terjadi dalam kehidupan antara lain interaksi antar organisme, interaksi antar populasi dan interaksi antar komunitas.
Faktor Iklim Mikro
1. Intensitas Cahaya
Cahaya adalah unsur terpenting bagi tanaman untuk melakukan fotosintesis. Pada proses ini dapat menghasilkan sumber makanan di ekosistem sehingga ketersediaan cahaya merupakan faktor penting. Cahaya dapat menembus udara dengan sangat mudah, sehingga sebagian tanaman terestrial akan mendapatkan banyak cahaya. Cahaya merupakan gelombang yang membawa energi dari panas matahari, dan intensitas cahaya merupakan aspek terpenting diantara aspek pendukung lainnya (Strandtmann, 1967).
2. Temperatur
Temperatur tahunan dapat dijadikan sebuah parameter temperatur. Hubungan temperatur lebih banyak berkaitan dengan lamanya musim pertumbuhan serta beberapa proses yang bergantung pada temperatur selain proses fotosintesis. Di darat suhu dapat dengan mudah bervariasi 20ยบ C dari siang hingga malam, dan bahkan lebih dari musim panas ke musim dingin (Krebs, 1978)
3. Kelembaban Relatif
    Kelembaban udara menggambarkan suatu perbandingan antara tekanan uap pada saat itu dengan uap air jenuh pada suhu yang sama.
    4. Kecepatan dan arah angin
      Angin permukaan mengalami distorsi dari pergerakan lurus utara-selatan karena adanya rotasi bumi danmenurun ke arah kutub. Sehingga pola sirkulasi atmosferikdi belahan bumi selatan merupakan kebalikannya (Rossby, 1941).
      Faktor Geografis
      Kisaran geografis organisme akan mengalami perubahan, sehingga menjadi luas Seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini merupakan hasil dari dua proses yang kontras,yaitu: pembentukan dan kepunahan. Pembentukan spesies terjadi ketika individu menempati daerah-daerah baru dan mampu mempertahankan populasi yang layak reproduktif. Spesies selalu berusaha untuk memperluas distribusi spasial seperti atasannya kesempatan mereka untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Kepunahan adalah sebuah proses yang menghilangkan anggota dari sebuah spesies dari semua atau bagian dari jangkauan geografis. Kepunahan terjadi ketika sejumlah besar individu dari suatu spesies yang dibunuh oleh biotik abiotik interaksi atau perubahan lingkungan. Terbatas kepunahan yang terjadi di dalam sub-daerah kecil dari suatu spesies kisaran biasanya cukup umum (Kennedy, 1993).
      Daerah-daerah tertentu kemungkinan mempunyai landskap berbukit-bukit seragam, bergunung-gunung, campuran tanah datar, dan bukit-bukit curam. Tahap akhir proses pelapukan geologis , produksi terestrial adalah regolit, yaitu suatu masa partikelbantuan yang relatif lepas satu sama lain. Ketika regolit melapuk lebih lanjut, maka akan terjadi beberapa kejadian, antara lain: ukuran partikel akan terus berkurang, bahan-bahan yang larut di dalam cenderung tercuci dari partikel-partikel batuan, dan sisa-sisa partikel batuan akan berkembang membentuk susunan vertikal yang khusus berdasarkan sifat-sifat fisis dan kemis. Produk akhir dari proses-proses ini merupakan sistem fisis, biologis, dan kemis yang kompleks, produk inilah yang dinamakan dengan tanah. Profil tanah terdiri atas lapisan yang tersusun oleh sisa-sisa tanaman dan binatang yang tidak dapat terurai. Di bawah lapisan ini terdapat lapisan humus atau horizon Oksigen yang dihasilkan oleh dekomposisi binatang dan tanaman yang mati (Witkamp, 1966).
      Faktor Edaphis
      1. Jenis, struktur dan tekstur tanah
      Tanah adalah bagian dari ekosistem yang menghasilkan input energi dan matrial dari atas yg berinteraksi dengan pelapukan yang lambat. Hal yang dapatmempengaruhi jenis tanah antara lain bentk,ukuran dan jumlah partikel yang terkandung. Beberapa tipe tanah yang dapat dihuni oleh organisme antara lain latosol, andosol, podsol, grumusol, regosol, aluvial dan laiinya. Sturktur tanah dapat meliputi beremah, beragregat, tidak beragregat, atau lainnya. Sedangkan untuk tekstur dapat berupa pasir, pasir berdebu, tanah berdebu, tanah liat dan lainnya. Lima faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari karakteristik tanah antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
      2. Temperatur dan Keasaman Tanah
      Temperatur sangat berpengaruh terhadap proses penyerapan nutisi atau zat hara yang terkandung dalam tanah. Semakin tinggi nilai temperatur menunjukkan semakin cepat proses terjadinya reaksi tersebut, selain itu dapat juga bermanfaat dalam kecepatanpenguraian serasah.
      Sifat kimia tanah meliputi pH tanah dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Mengetahui besaran nilai pH tanah sangat diperlukan untuk dapat mengetahui kualitas dari tanah tersebut. Proses penghitungan pH dapat ditentukan dengan pengambilan sampel yang kemudian sampel yangkemudain akan disuspensi sehingga dapat diketahui nilai pHnya.
      3.  Ketebalan serasah dan humus
      Bentuk susunan vertikal tanah menunjukkan profil tanah. Dalam bentuk yang ideal, profil tanah tanah terdiri dari suatu seri lapisan horinsontal yang berbeda atau disebut horison. Permukkaan atas merupakan serasah yang terdiri dari litter (lapisan yang terdiri dari sisa tanaman dan binatang yang tidak dapat terurai). Lapisan kedua terdapat lapisan humus yang dihasilkan oleh dekomposisi binatang dan tanaman yang mati. Kedua lapisan ini terdiri dari bahan organik, dengan partikel-partikel yang relatif kecil.
      DAFTAR PUSTAKA
      Strandtmann, R.W., 1967. Terrestrial Prostigmata (Trombidiform mites). Antarctic Research Series 10, 51–95.
      Krebs, C.J., 1978. Ecology: the Experimental Analysis of Distribution and Abundance, second ed. Harper & Row, New York.
      Kennedy, A.D., 1993. Water as a limiting factor in the Antarctic terrestrial environment: a biogeographical synthesis. Arctic and Alpine Research 25, 308–315.

      Sahabat Alam


      Ketika saya kecil,, alam masih hijau nan indah….
      namun sekarang, semakin moderennya alat-alat yang diciptakan, semakin menurunnya kualitas alam ini…..
      sungguh sedih, ketika saya melihat banyak penebangan di sana sini, banyak banjir di sana sini, banyak kebakaran di sana sini. Semua itu adalah akibat dari perbuatan yang telah dilakukan oleh kita atau orang-orang di sekitar kita.
      Apakah kita mau seperti ini terus????
      Marilah kita bersama-sama menjaga bumi kita dari kerusakan :)
      “Semua itu tak akan sia-sia”

      Tanaman Obat

      HALAMAN PERSETUJUAN


      Nama               : -Faridatul Maghfiroh
                                -Siska Kumala Dewi
                                
      NIM                : 0810910007
                                0810913051
                              
      Fakultas           : MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam)
      Universitas      : Brawijaya
      Tingkat            : Program Pendidikan Sarjana
      Judul               : PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN TANAMAN OBAT
      Pembimbing    : dr. Nunung Harijati, MS







      Malang, 29 Juni 2010
      Pembimbing




      dr. Nunung Harijati, MS
      NIP: 19611105-199002-2

      HALAMAN PENGESAHAN
      KULIAH KERJA LAPANG
      PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN TANAMAN OBAT



      Mengetahui,
      Dosen Pembimbing Kuliah Kerja Lapang





      dr. Nunung Harijati, MS
      NIP: 19611105-199002-2












      Pemohon,




      Faridatul Maghfiroh                                                            Siska Kumala Dewi
      (0810910007-91)                                                                   (0810913051-91)


      I.     Latar Belakang
      Sejak zaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali, dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan.
      Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang sejak berabad-abad yang lalu, terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar, 2006).
      Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan. Sebagai contoh lempuyang di pasaran ada beberapa macam yang agak sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Lempuyang emprit (Zingiber amaricans) memiliki bentuk yang relative lebih kecil, berwarna kuning dengan rasa yang pahit. Lempuyang emprit ini berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang kedua adalah lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) yang memiliki bentuk lebih besar dan berwarna kuning, jenis ini pun berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang ketiga adalah lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) yang memiliki warna agak putih dan berbau harum. Tidak seperti kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini memiliki khasiat sebagai pelangsing (Sastroamidjojo, 2001).
      Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tidak dapat dikonsumsi sembarangan, melainkan tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun mindi, baru berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu (Suarni, 2005). Hal ini menepis anggapan bahwa, obat tradisional tidak memiliki efek samping. Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit sudah menghilang adalah keliru, sampai batas-batas tertententu mungkin benar, akan tetapi bila sudah melampaui batas, justru akan membahayakan. Efek samping tanaman obat dapat digambarkan dalam tanaman dringo (Acorus calamus), yang biasa digunakan untuk mengobati stres. Tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron. Senyawa ini punya struktur kimia mirip golongan amfetamin dan ekstasi. Dalam dosis rendah, dringo memang dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap system saraf pusat (Manikandan dan Devi, 2005; Sukandar, 2006). Namun, jika digunakan dalam dosis tinggi akan memberikan efek sebaliknya, yakni meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif) (Fang, dkk., 2003).
      Satu  jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat dalam terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping yang timbul harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi. Contoh, daun Tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi daun Tapak dara juga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga ± 30%., akibatnya penderita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi (Bolcskei, dkk., 1998; Lu, dkk., 2003; Noble, 1990; Wu, dkk., 2004).

      II.  Tujuan
      2.1 Tujuan Umum
      Tujuan umum dilaksanakan kuliah kerja lapang adalah :
      1. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di Jurusan Biologi, FMIPA,  Universitas Brawijaya, Malang.
      2. Mengerti penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh diperkuliahan sehingga dapat meningkatkan pemahaman ilmu-ilmu tersebut.
      3. Guna menumbuhkan kesiapan mental mahasiswa dalam memasuki dunia kerja

           2.2 Tujuan Khusus
      Tujuan khusus dilaksanakan Kuliah Kerja Lapang adalah:
      1.  Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman obat
      2. Untuk mengetahui mekanisme pemeliharaan tanaman obat sehingga tetap terjaga kelestariannya.
      3. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan jenis tanaman obat yang sering digunakan.
      4. Untuk mengetahui penggunaan tanaman obat
      5. Untuk mengetahui proses pengolahan tanaman obat

      III. Manfaat  Kuliah Kerja Lapang
      Kuliah Kerja Lapang memberikan manfaat terutama bagi mahasiswa, bagi pihak Perguruan Tinggi juga instansi yang bersangkutan:

      3.1. Bagi Mahasiswa
      Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap kondisi nyata perusahaan, dan dapat menambah kemampuan mahasiswa baik soft skill ataupun hard skill.
      3.2. Bagi Perguruan Tinggi
      Tercipta pola kemitraan yang baik dengan instansi tempat mahasiswa melaksanakan Kuliah Kerja Lapang.

      IV. Pelaksanaan
      4.1. Tempat Kuliah Kerja Lapang
      Kuliah Kerja Lapang akan dilaksanakan di UPT Materia Medica Kota Batu.

      4.2.  Waktu pelaksanaan Kerja Praktek
      Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapang kurang lebih selama 2 minggu, yakni mulai bulan Juli 2010.

      V.      Metodologi
      1. Mengobservasi untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dilapangan dengan mengamati secara langsung di lapangan.
      2.      Ikut terlibat langsung dalam kegiatan Instansi yang terkait.

      VI.    Tabel Kerja
      No
      Kegiatan
      Juni
      Juli
      Agustus
      I
      II
      III
      IV
      I
      II
      III
      IV
      I
      II
      III
      IV
      1
      Penyusunan proposal












      2
      Perijinan





       √






      3
      Pembimbingan




      √ 

       √


       √

       √
      4
      Pelaksanaan





       √
       √








      VII.Peserta Kuliah Kerja Lapang
      Peserta Kuliah Kerja Lapang adalah sebagai berikut :
      1.            Nama                     : Faridatul Maghfiroh
      NIM                      : 0810910007-91
      Program Studi       : Biologi
      Jurusan                  : Biologi
      Fakultas                 : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
      Universitas            : Universitas Brawijaya, Malang. 

      2.            Nama                     : Siska Kumala Dewi
      NIM                      : 0810913051-91
      Program Studi       : Biologi
      Jurusan                  : Biologi
      Fakultas                 : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
      Universitas            : Universitas Brawijaya, Malang 

      3.          
         VIII. Penutup
      Demikian proposal Kuliah Kerja Lapang (KKL) ini dibuat, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

      Malang, 29 Juni 2010


      Mengetahui,
      Dosen Pembimbing Kuliah Kerja Lapang




      dr. Nunung Harijati, MS
      NIP: 19611105-199002-2





      Pemohon,




      Faridatul Maghfiroh                                                            Siska Kumala Dewi
      (0810910007-91)                                                                   (0810913051-91)




      DAFTAR PUSTAKA
      Bolcskei H., Szantay C. Jr., Mak M., Balazs M., Szantay C. 1998. New Antitumor Derivatives Of Vinblastine, Acta Pharm Hung., 68(2): 87-93.
      Fang Y., Li L., Wu Q. 2003.  Effects Of Beta-Asaron On Gene Expression In Mouse Brain, Zhong Yao Cai, 26(9):650-2.
      Lu Y., Hou S. X., Chen T. 2003. Advances In The Study Of Vincristine: An Anticancer Ingredient From Catharanthus Roseus, Zhongguo Zhong Yao Za Zhi., 28(11):1006-9.
      Manikandan S, Devi RS. 2005. Antioxidant Property Of Alpha-Asarone Against Noise-Stress-Induced Changes In Different Regions Of Rat Brain., Pharmacol Res., 52(6):467-74.
      Noble R. L. 1990. The Discovery Of The Vinca Alkaloids—Chemotherapeutic Agents Against Cancer, Biochem Cell Biol., 68(12):1344-51.
      Sastroamidjojo S. 2001. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat. Jakarta. 170.
      Sukandar E. Y. 2010. Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik-Teknologi Kesehatan,  disampaikan dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB,  http://itb.ac.id/focus/ focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf. Diakses  Tanggal 25 Juni 2010. 
      Suarni. 2005. Tanaman Obat tak Selamanya Aman,  http://pikiran -rakyat.com. Diakses  Tanggal 25 Juni 2010. 
      Wu M. L., Deng J. F., Wu J. C., Fan F. S., Yang C. F. 2004, Severe bone marrow depression induced by an anticancer herb Cantharanthus roseus,   J Toxicol Clin Toxicol, 42(5): 667-71.